Langsung ke konten utama

TEORI KEPRIBADIAN

                    TEORI KEPRIBADIAN

  1. Definisi Teori Kepribadian
Teori dapat diartikan sebagai (a) sekumpulan asumsi (dugaan, perkiraan, atau anggapan) yang relevan, dan secara sistematis saling berkaitan; (b) hipotesis atau spekulasi tentang kenyataan yang belum diketahui kebenarannya secara pasti, sebelum diverifikasi kebenarannya (c) sekumpulan asumsi tentang keterkaitan antara peristiwa-peristiwa empiris (fenomena). Sedangkan definisi lainnya menjelaskan bahwa teori sebagai model tentang kenyataan yang membantu kita untuk memahami, menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol tentang kenyataan tersebut.Boeree (Yusuf dan Juntika, 2007)
Teori berfungsi untuk: (a) mengarahkan perhatian atau arah penelitian , dalam arti membantu fakta mana yang relevan bagi satu penelitian (b) merangkum pengetahuan dalam bentuk generalisasi, atau prinsip-prinsip, sehingga dapat mempermudah pemahaman tentang fenomena (c) memprediksi atau meramalkan fakta, peristiwa yang akan datang dengan mempelajari kondisi atau fenomena yang berkaitan ( yusuf dan juntika, 2007).
Teori mempunyai ciri ciri (a) jelas, dapat dipahami, (b) komprehensif dapat menjelaskan banyak fenomena yang berkaitan (c) eksplisit, faktanya dapat diuji atau dites (d) persimoni, dapat menjelaskan data secara sederhana, dan (e) dapat menghasilkan penelitian lanjutan yang berguna.
Sedangkan kepribadian merupakan terjemahan dari kata personality. Kata personality berasal dari bahasa latin  persona yang artinya topeng yang digunakan aktor dalam pertunjukan, dalam pertunjukan tersebut aktor menyembunyikan kepribadiannya yang asli dan menampilkan diri sesuai dengan kepribadian topeng yang dipakai.
Agar memperoleh pemahaman tentang makna kepribadian perlu dikemukakan pengertian kepribadian menurut para ahli. Pengertian Kepribadian menurut para ahli sebagai berikut:
  • Woodworth (Yusuf dan Juntika, 2007) mengemukakan bahwa kepribadian merupakan “kualitas total individu”
  • Dashiell (Yusuf dan juntika, 2007) mendefinisikan sebagai” gambaran total tentang tingkah laku individu yang terorganisasi”
  • Lawrence pervin, 1984 mendefinisikan personality sebagai “personality represents those characteristics of the person or of people generally that account for consistent pattern of behavior”. Pengertian tersebut menurut pervin didasarkan pada hakikat manusia yaitu; (a) manusia itu unik dibanding species lain,seperti bisa berbicara, berpikir, manusia lebih lambat dalam hal kematangan/maturity dibanding species lain (b) perilaku manusia bersifat komplek, jadi untuk memahaminya harus memahami kompleksitas tingkah laku manusia, kadang situasi yang sama bisa dipahami berbeda oleh individu yang berbeda, dan perilaku yang sama mungkin dilatarbelakangi hal yang berbeda dari beberapa orang;(c) perilaku tidak bisa dilihat seperti apa yang tampak, (d) manusia tidak selalu menyadari dan bisa mengontrol apa yang menetukan perilakunya,manusia tidak selalu bisa menjelaskan mengapa dia berperilaku yang sebenarnya berlawanan dengan perilakunya.
  • Derlega dkk, 2005 mendefinisikan kepribadian sebagai “ the system of induring, inner characteristic of individual that contributes to consistency in their thoughts, feelings, and behavior” (kepribadian merupakan sistem yang relatif ajeg/ stabil mengenai karakter internal individu yang memiliki kontribusi terhadap konsistensi dalam pikiran,perasaan dan tingkah laku). Derlega menjelaskan tiga poin penting yang terkandung dalam pengertian kepribadian yaitu (a) Enduring artinya kepribadian merupakan karakteristik individu berjalan lama, relatif stabil dalam rentang waktu yang lama, untuk menjelaskan kestabilan respon individu, para ahli membedakan antara istilah trait dengan state, kalau state hanya sementara waktu, hanya respon seseorang pada situasi sekarang, sedangkan traits merupakan respon yang relatif stabil dan  berjalan lama yang merupakan respon seseorang untuk mereaksi dalam berbagai kondisi. Maksudnya stabil bukan berarti kepribadian tidak bisa berubah, namun perubahan kepribadian biasanya nampak secara berangsur-angsur dalam rentang waktu yang lama (b) kepribadian Inner atau  intrapersonal. Ada dua faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang berfikir, merasa dan berperilaku yaitu yang pertama yang ada di luar individu, sedangkan faktor kedua adalah faktor dari dalam berupa atribut dan proses yang terjadi di dalam individu, jadi perilaku merupakan kombinasi dari 2 fungsi yakni diri dan lingkungan, dalam hal ini ahli psikologi kepribadian berpendapat bahwa faktor intrapersonal memiliki peran yang lebih dalam pembentukan perilaku, mereka lebih fokus dalam memperlajari karakteristik dan proses interpersonal.  (c) kepribadian menyangkut konsistensi dalam perilaku.
  • Sedangkan Allport ( Yusuf dan Juntika, 2007) mendefinisikan kepribadian sebagai “ dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that determine his unique adjustment to his environment” (kepribadian merupakan organisasi yang dinamis dalam diri individu tentang sistem psikofisik yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungannya). Pengertian menurut Allport bisa dijelaskan bahwa kepribadian berarti : (a) dynamic artinya kepribadian dari waktu ke waktu, situasi ke situasi merujuk pada perubahan kualitas perilaku (b) Organization artinya kepribadian merupakan keterkaitan antara struktur kepribadian  yang independen yang saling berhubungan dan saling berinterrelasi (c) kepribadian terdiri atas kebiasaan, sikap, emosi, sentimen, motif, keyakinan, yang kesemuanaya merupakan aspek psikis, juga mempunyai dasar fisik dalam individu seperti syaraf, kelenjar, atau tubuh individu secara keseluruhan. (d) determine menunjukkan peran motivasional yang mendasari kegiatan yang khas, dan mempengaruhi bentuk-bentuknya. (e) unik, merujuk pada keunikan atau keragaman tingkah laku individu sebagai ekspresi dari pola sistem psikofisiknya.
Teori kepribadian menurut syamsu dan Juntika merupakan seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah laku manusia beserta definisi empirisnya.
Sedangkan menurut Pervin Teori kepribadian merupakan upaya untuk menjawab pertanyaan  “ What, how dan why” What terkait dengan apa karakteristik seseorang dan bagaimana karakteristik tersebut diorganisasikan dalam hubungannya dengan orang lain, seperti pertanyaan apakah dia jujur, apakah dia memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi?. Pertanyaan how terkait dengan faktor yang mempengaruhi kepribadian, seperti bagaimana faktor genetis dan faktor lingkungan berinteraksi dalam membentuk tingkah laku. Sedangkan why merujuk pada alasan mengapa seseorang berperilaku,berkaitan dengan faktor motivasi yang menyebabkan seseorang melakukan seseuatu. Seperti pertanyaan mengapa siswa mengerjakan tugas dari gurunya dengan baik?
 2.      Sumber teori Kepribadian
Teori kepribadian banyak bersumber dari observasi dan introspeksi mendalam dari para pemikir. Sebagai contoh Freud menghabiskan banyak waktu menganalissi mimpinya sendiri, dan menganalisis kekuatan dorongan seksual yang kemudian dari situ ia mengembangkan ide tersebut menjadi teori komprehensif mengenai jiwa manusia. Cara seperti ini dinamakan dengan pendekatan deduktif terhadap kepribadian, dimana kesimpulan dihasilkan secara logis dari premis dan asumsi-asumsi. Dalam deduksi kita menggunakan pengetahuan kita mengenai hukum atau prinsip dasar psikologi untuk dapat memahami tiap-tiap orang.
Kedua, teori kepribadian muncul dari penelitian empiris dan sistematis. Dinamakan dengan pendekatan induktif, pendekatan ini bekerja dari data menuju terbentuknya teori baru.
Sumber ketiga adalah analogi yang didapatkan dari konsep disiplin ilmu lain yang terkait. Contohnya, banyaknya kemajuan yang diperoleh melalaui pemahaman tentang struktur dan fungsi otak melalui medan magnet dan pencitra Computerized Tomoghraphy yang lebih lanjut dapat membantu dalam memunculkan cara-cara baru dalam menelusuri struktur psikologis dari otak. (friedman dan miriam, 2006)
3.       Teori Kepribadian dan Faktor Yang Menyebabkan Keberagamannya
Sampai saat ini terdapat banyak sekali teori kepribadian. Setiap teori menjelaskan dengan bangunan teorinya tentang aspek kepribadian, beberapa teori merupakan teori grand seperti teori psikoanalisis dan teori self efikasi dan dianggap bebrapa kalangan sebagai teori yang komprehensif.
Secara garis besar teori personality secara mayoritas ada 5 perspektif (Derlega, 2005)
  1. Perspektif psikodinamika; Teori ini Menekankan bahwa proses bawah sadarlah yang membangun kepribadian,pentingnya dorongan seksual, sedangkan hal yang paling menentukan dalam perilaku adalah pengalaman kanak-kanak, konflik bawah sadar. Teori utama meliputi: Id, ego, Super ego, represi, fiksasi, odipus complex. Tokoh pembangun teori : freud, jung, Adler, Horney
  2. Perspektif belajar; teori ini menekankan pada proses bagaimana kepribadian dipelajari, hal yang paling menentukan dalam membentuk perilaku adalah  proses pengkondisian, teori utama meliputi: stimulus-respon, reinforcemen, pengkondisian klasikal, pengkondisian operant. Tokoh utama adalah: Watson, thorndike, hull, skinner
  3. Perpekstif humanis; Teori ini menekankan pada perubahan alami dalam pertumbuhan psikologis, factor penentu dalam pembentuk perilaku adalah tendensi dalam aktualisasi, teori utama meliputi fenomenologi, Penghargaan positif yang tulus, aktualisasi diri, sedangkan tokohnya adalah Roger, maslow
  4. Perspektif kognitif; Teori ini menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi tentang dirinya dan dunianya, factor penentu dalam membentuk perilaku adalah Proses kognitif, teori utama meliputi Skema, atribusi, tujuan, self regulasi, sedangkan tokoh utama adalah Kelly, rotter, bandura, Mischel
  5. Perspektif Biologi; teori ini menekankan pada anatomi dan fisiologi dari sistem nervous, termasuk pengaruh genetik dan evolusi, sedangkan factor penentu dalam pembentuk perilaku adalah aktivitas otak, aktivitas lain dalam sistem nervous, teori utama berkaitan dengan neurotransmiter, tokoh utama meliputi  Eysenc, plomin, D Buss.
Teori diatas berbeda dalam asumsi dalam hal hal utama pembentuk kepribadian dan tingkah laku, seperti dijelaskan di atas perbedaan masing masing teori karena asumsi tentang manusia. Memang perkembangan teori kepribadian tidak terlepas dari pribadi pembangun teori tersebut, pengalaman hidupnya, dan suasana hidup dimana dia berada. Sedangkan menurut Stefflre (Yusuf dan juntika, 2007) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi keragaman teori kepribadian, yaitu sebagai berikut:
  • Personal, teori merupakan refleksi dari pribadi pembangun teori
  • Sosiologis, tempat corak kehidupan social budaya tempat pembangun teori itu hidup.
  • Filsafat,  cara pandang yang dianut oleh pembangun teori tentang suatu fenomena kehidupan.
  • Agama, keyakinan yang dianut oleh pembangun teori.
4.      Sejarah Teori Kepribadian
  • Teater dan presentasi Diri
Awal dari teori kepribadian dapat ditelusuri melalui teater. Theophrastus, murid aristoteles adalah salah satu pencipta pertama sketsa karakter yang mendeskripsikan mengenai tipe orang pada umumnya, seperti seorang yang rapi, pemalas, atau kasar. Sedangkan orang Romawi kuno menggunakan topeng dalam teater untuk menekankan bahwa mereka sedang memainkan karakter yang berbeda dengan diri merka sendiri, ini menandakan adanya kekaguman terhadap hakikat sebenarnya. (friedman dan miriam, 2006).
  • Agama
Fokus Agama Yahudi, kristen, Islam, mempercayai bahwa manusia diciptakan menurut citra Tuhan, dan bertujuan untuk berjuang demi kebaikan, dan melawan yang jahat, dalam tradisi ini sikap dasar manusia pada hakikatnya adalah spiritual.
Sedangkan agama timur berfokus pada kesadaran diri, dan pemenuhan spiritual, perhatian juga banyak diarahkan pada meditasi dan perubahan tingkat kesadaran (kesurupan), fokus ini memainkan peranan penting dalam aspek-aspek tertentu dalam teori kepribadian modern seperti teori abraham maslow. (friedman dan miriam, 2006)
  • Evolusi Biologis
Pengaruh terhadap tori kepribadian yang paling jelas adalah perkembangan biologi selama abad 19, mengapa hewan seperti harimau bersifat agresif dan penyendiri sementara binatang lain seperti simpanse bersifat sosial dan kooperatif. Adanya kemunculan teori Evolusi Darwin menjelaskan bahwa karakter individu yang berevolusi adalah karakter yang memungkinkan individu tersebut meneruskan keturunan. Contoh, dorongan seks memiliki nilai adaptif, jadi individu yang tidak memiliki dorongan seks kemungkinan akan tidak dapat melanjutkan keturunan.
  • Pengetesan
Banyak tes yang dibuat untuk mendeskripsikan kepribadian seseorang, ketika Amerika menghadapi perang dunia I, mereka mempunyai banyak sekali pekerjaan sehingga mereka berpikir akan melakukannya lebih baik jika mereka mengukur orang sama dengan mengukur mesin. Banyak penelitian tentang kepribadian dilakukan guna menghadapi pertempuran atau pertahanan nasional amerika. Pendekatan ini membawa perspektif yang berbeda terhadap studi mengenai perbedaan individu.
  • Teori Modern
Teori modern secara formal lahir pada tahun 1930an . bentuk teori tersebut banyak dipengaruhi oleh karya tiga orang; gordon Allport, kurt Lewin dan henry Murray, Alport menolak ide untuk memecah kepribadian dalam komponen dasar (seperti sensasi dan dorongan dari dalam diri) dan lebih melihat sistem yang mendasari keunikan setiap individu. Lewin memberi perhatian teori kepribadian pada kondisi sesaat individu dan struktur situasi psikologisnya, dengan kata lain Lewin menekankan ada kekuatan yang mempengaruhi orang dari waktu ke waktu dan dari situasi ke situasi. Sedangkan Murray merupakan personologist yang mengintegrasikan isu-isu klinis dengan isu-isu teoretis, dia menggunakan pendekatan yang luas dalam kepribadian dan mendefinisikan sebagai cabang dari psikologi yang mempelajari kehidupan manusia dan faktor-faktor apa saja yang  mempengaruhinya, serta menyelidiki perbedaan individu.
5.      Pola Kepribadian
Menurut Hurlock (Yusuf dan Juntika, 2007) menjelaskan bahwa pola kepribadian merupakan suatu penyatuan struktur yang multidimensi yang terdiri dari konsep diri sebaga pusat gravitasi kepribadian dan traits sebagai struktur yang mengintegrasikan kecenderungan pola-pola tersebut.
  • Konsep Diri
Konsep diri dapat diartikan sebagai ; (a) persepsi, keyakinan, perasaan atau sikap seseorang tentang dirinya. (b) kualitas pensifatan individu tentang dirinya dan suatu sistem pemaknaan individu dan pandangan orang lain tentang dirinya.
Konsep diri memiliki 3 komponen yaitu (a) perceptual atau physical self concept diartikan sebagai citra seseorang tentang kemenarikan dirinya. (kemenarikan tubuhnya) seperti kecantikan tubuh. (b) conceptual atau psychological self concept, konsep seseorang tentang kemampuan (keunggulan) dan ketidakmampuan (kelemahan) dirinya, dan masa depannya, serta meliputi juga kualitas penyesuaian hidupnya; kejujuran, percaya diri, (c) Attitudinal, yang menyangkut perasaan seseorang tentang dirinya, sikapnya terhadap keberadaan dirinya sekarang dan masa depannya, sikapnya terhadap keberhargaan, kebanggan dan keterhinaannya. Apabila seseorang sudah masuk masa dewasa, komponen ketiga ini juga terkait dengan aspek-aspek keyakinan, nilai-nilai, idealitas, aspirasi, dan komitmen terhadap filsafat hidupnya.
Dilihat dari jenisnya, self concept ini terdiri atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
  1. The basic self concept diartikan sebagai real self yakni konsep seseorang terhadap dirinya yang meliputi persepsi seseorang tentang penampilan dirinya, kemampuan dan ketidakmampuannya, peranan dan status dalam kehidupannya, dan nilai-nilai, keyakinan serta aspirasinya.
  2. The transitory self concept artinya kadang seseorang meiliki self concept yang kadang dipeganganya, tapi pada waktu lain dilepaskannya.konsep diri ini mungkin menyenangkan mungkin juga tidak menyenangkan. Kondisinya sangat situasional, kadang dipengaruhi oleh perasaannya, atau pengalaman yang telah lalu.
  3. The social self concept jenis ini berkembang berdasarkan cara individu mempercayai orang lain yang mempersepsi dirinya baik melalui perkataan maupun tindakan perkembangan konsep diri ini dipengaruhi oleh kelompok sosial tempat dia hidup
  4. The ideal self concept merupakan konsep tentang apa yang diinginkan seseorang terhadap dirinya, atau keyakinan tentang apa yang seharusnya mengenai dirinya.
  • Traits
Traits dapat diartikan sebagai aspek atau dimensi kepribadian yang terkait dengan karakteristik respon atau reaksi seseorang yang relatif konsisten dalam rangka menyesuaikan dirinya secara khas. Diartikan juga sebagai kecenderungan yang dipelajari untuk mereaksi rangsangan dari lingkungan.
Traits memiliki tiga karakteristik (a) unik, kekhasan dalam berperilaku, (b)traits itu kemungkinan ada yang disenangi dan ada yang tidak disenangi sebab trait berhubungan dengan keharmonisan, kepuasan, atau sebaliknya pada orang yang mempunyai traits tersebut (c) consistency artinya seseorang itu diharapkan dapat berperilaku atau bertindak secara ajeg.
Faktor yang mempengaruhi traits terdiri dari faktor hereditas dan faktor belajar. Faktor yang paling mempengaruhi adalah (a) pola asuh orang tua, dan (b) imitasi terhadap idola

  1. 6.      Karakteristik Kepribadian
Kata kunci dari kepribadian adalah adjustmen. Menurut alexander (syamsu dan juntika, 2007) penyesuaian dapat diartikan sebagai suatu respon individu, baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan emosional, frustasi dan konflik dan memlihara keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Hurlock (dalam Syamsu dan Juntika, 2007) mengemukakan bahwa karakteristik penyesuaian yang sehat atau kepribadian yang sehat ditandai dengan :
  1. Mampu menilai diri secara realistis artinya mampu menilai kelebihan dan kekurangan diri apa adanya. Menyangkut fisik maupun kemampuan.
  2. Mampu menilai situasi secara realistis. Individu mampu menghadapi situasi yang dialami secara realsistis dan mau menerima secara wajar, tidak bersifat perfeksionos.
  3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistis, terhadap prestasi yang menonjol seseorang tidak sombong, sedangkan bila gagal tidak mengalami frustasi yang berlebihan namun malah bisa bersikap penuh harapan.
  4. Menerima tanggung jawab, mempunyai keyakinan dan mempunyai semangat untuk bisa menjalankan tugas dan mengatasi masalah dengan baik.
  5. Kemandirian
  6. Dapat mengontrol emosi
  7. Berorientasi tujuan
  8. Berorientasi keluar
  9. Penerimaan sosial
  10. Memiliki filsafat hidup
  11. Kebahagiaan
Sedangkan kepribadian yang kurang sehat ditandai dengan karakteristik:
  1. Mudah marah
  2. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
  3. Seing merasa tertekan
  4. Bersikap kejam atau suka mengganggu orang yang lebih muda atau binatang.
  5. Tidak mampu menghindari perilaku yang menyimpang
  6. Terbiasa berbohoong
  7. Hiperaktif
  8. Memusuhi semua bentuk otoritas.
  9. Senang mengkritik atau mencemooh orang lain.
  10. Sulit tidur
  11. Kurang bertanggung jawab
  12. Sering pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan bersifat organis)
  13. Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama
  14. Bersikap premis dalam menghadapi kehidupan
  15. Kurang bergairah dalam menghadapi kehidupan!
7.      Faktor Yang Mempengaruhi kepribadian
Ada 2 faktor utama yang mempengaruhi kepribadian seseorang, yaitu hereditas (genetika) dan lingkungan (environment).
a.      Faktor Hereditas (genetika)
Dalam hal ini dijelaskan bahwa seorang pribadi terbentuk dari kromosom orang tua yang didalamnya terdapat gen yang membawa sifat-sifat fisik dan psikis seseorang yang menentukan potensi hereditasnya. Hal itu secara tidak langsung akan membentuk kepribadian seseorang, karena pengaruh langsung gen terhadap kepribadian seseorang adalah :
  •   Kualitas system syaraf
  • Keseimbangan biokimia tubuh
  • Struktur tubuh
Sedangkan pengaruh tidak langsung hereditas terhadap kepribadian adalah :
  • Sebagai sumber bahan mentah kepribadian yaitu : 1). fisik, hal ini meliputi susunan alat-alat perlengkapan badan yang bercirikan individual, daya tahan tubuh, juga habitus individu atau diartikan sebagai bentuk badan yang khas pada setiap manusia (Winkel, 2010:215), 2). Intelegensi, diartikan sebagai kemampuan untuk mencapai sebuah prestasi yang didalamnya berpikir memegang peranan (winkel, 2010:216) dan 3). Temperamen, diartikan sebagai sifat umum alam perasaan seseorang (winkel, 2010:215).
  •  Membatasi perkembangan kepribadian, sehingga mempengaruhi keunikan pribadi. Hal ini berkaitan erat dari bagaimana seorang individu mau menerima dengan tulus dan mampu menghargai segala yang ada dalam dirinya, baik secara fisik, intelegensi maupun psikis. Ada individu yang secara fisik gemuk atau kurus, atau berkulit gelap atau cerah dan sebagainya, ada individu yang cenderung tertutup dan mudah pesimis, ada yang trebuka, ceria dan selalu gembira, dan banyak lagi. Ketika seorang individu mengalami ketidaknyamanan dengan apa adanya dirinya, maka itu akan menghambat dirinya untuk mengembangkan dirinya secara lebih optimal, sedangkan apa adanya dirinya tersebut yang mampu dikembangkan secara baik, itulah keunikan sebagai pribadi yang berkualitas.
Pada intinya faktor hereditas ini dapat mempengaruhi konsep diri seseorang sebagai keunikannya, sehingga antara satu individu dengan individu lainnya akan berbeda dan tidak ada yang memiliki kepribadian yang sama persis dengan yang lainnya bahkan kembar sekalipun.
Oleh karena itu, Pervin (Yusuf dan juntika, 2007) menguraikan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pengaruh hereditas terhadap kepribadian seseorang :
a)      Penelitian dengan metode sejarah (riwayat) keluarga, yang dilakukan oleh Galton (1870), yaitu dengan meneliti kegeniusan seseorang berkaitan dengan sejarah keturunan dalam keluarga. Dalam hal ini Galton melakukan penelitian terhadap keluarga (keturunan) Kallikak. Namun hasil penelitian ini dipandang  relative kecil sumbangsihnya terhadap pemahaman mengenai pengaruh hereditas terhadap kepribadian seseorang, apalagi di jaman seperti sekarang ini yang begitu maju secara teknologi.
b)      Penelitian dengan metode selektivitas keturunan, yang dilakukan oleh Tryon (1940), dan metode yang dilakukan hampir sama dengan yang dilakukan Galton, namun dalam penelitian ini Tryon menggunakan tikus sebagai objek penelitiannya.
c)      Penelitian terhadap anak kembar, dilakukan oleh Newman, Freeman dan Halzinger (1937), dan hasilnya menunjukkan bahwa kembar identik yang dipelihara secara terpisah memiliki kesamaan dalam hal tinggi dan berat badan serta kecerdasannya. Demikian juga kembar identik yang dipelihara bersama-sama, lebih memiliki  banyak kesamaan daripada kembar “fraternal”
d)     Penelitian tentang keragaman postur tubuh, hal ini didasarkan pada asumsi bahwa karakteristik fisik berhubungan dengan kepribadian seseorang. (1). Kretschmer mengklasifikasikan postur tubuh individu pada 3 tipe utama dan 1 tipe campuran yaitu : a. piknis (stenis) : pendek, gemuk, perut besar, dada dan bahu bulat; b. asthenis (leptosome) : tinggi dan ramping, perut kecil dan bahu sempit; c. atletis : postur tubuh harmonis (tegap, bahu lebar, perut kuat, dan otot kuat); dan d. displastis : penyimpangan dari 3 bentuk di atas. (2). Sheldon, mengklasifikasikan tipe temperamen seseorang dikaitkan dengan tipe postur tubuh yaitu sebagai berikut : a. Endomorp/piknis (pendek, gemuk) à viscerotonia àtenang, pandai bergaul, senang bercinta, gemar makan dan tidur nyenyak; b. mesomorp/atletis (tubuh harmonis) à somatotonia à aktif, asertif, kompetitif, teguh dan agresif; c. ectomorp/asthenis (tinggi, kurus) à cerebrotonia à introvert, menahan diri, peragu, kurang berani bergaul dengan orang banyak, kurang berani bicara di depan banyak orang. (3). Galenus, mengklasifikasikan tipe temperamen lainnya yaitu : a. sanguinis, sifat dasarnya adalah periang, optimistic dan percaya diri. Sifat perasaannya antara lain mudah menyesuaikan diri, tidak stabil, baik hati, tidak serius, kurang dapat dipercaya karena kurang konsekuen. Orang sanguinis cocok untuk menjadi seorang  salesman, guru, actor, bahkan menjadi pemimpin;
b. melankolis, sifat dasarnya adalah pemurung, sedih, pesimistis. Sifat perasaannya antara lain tertekan dengan masa lalu, sulit menyesuaikan diri, berhati-hati, konsekuen dan bisa menepati janji, perfeksionis, emosi yang sensitive, rela berkorban dan analitis. Orang melankolis cocok menjadi seniman, musikus, penemu, ahli filsafat pendidik; c. koleris, sifat dasarnya adalah selalu merasa kurang puas, bereaksi negative dan agresif. Sifat lainnya antara lain emosional, membuat provokasi, sulit mengalah, tidak sabar, kurang memiliki rasa humor, banyak inisiatif, penuh semangat, bertindak cepat, praktis dan berkemauan keras dan tidak toleran. Orang koleris cocok menjadi pencetus gagasan, produser, atau mungkin dictator bahkan penjahat, tergantung pada kecerdasan moral yang dimiliki; d. plegmatis, sifat dasarnya adalah pendiam, tenang, netral, stabil. Sifat lainnya adalah merasa cukup puas, tidak peduli, tidak mudah terharu, pasif, tidak memiliki banyak minta, lambat, hemat, tertib. Orang plegmatis cocok menjadi diplomat, akuntan,  guru, ahli ilmu, bahkan pemimpin.
Setiap individu memiliki semua tipe temperamen itu, hanya setiap orang memiliki kecenderungan di salah satu tipe tersebut, misalnya seorang individu memiliki kecenderungan temperamen melankolis (60%), dan sisanya adalah tipe yang lainnya.
b.      Faktor Lingkungan (environment)
a)      Keluarga
Keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentukan kepribadian seseorang, karena : 1). Keluarga adalah kelompok sosial pertama bagi seorang anak, yang akan menjadi pusat identifikasi anak, 2). Anak banyak menghabiskan waktu di lingkungan keluarga, 3). Anggota keluarga adalah “significant people” bagi pembentukan kepribadian anak, 4) keluarga juga sebagai lembaga yang “selayaknya” memenuhi kebutuhan manusiawinya.
Menurut penelitian yang dilakukan Baldwin dkk (1945) tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap kepribadian anak, ditemukan bahwa pola asuh orang tua itu ada yang demokratis dan authoritarian. Orang tua demokratis ditandai dengan perilaku :
  • Menciptakan iklim kebebasan
  • Respek terhadap anak
  • Objektif
  • Mengambil keputusan secara rasional
Dan anak yang berkembang dalam lingkungan keluarga yang demokratis cenderung akan lebih aktif, lebih bersikap sosial, percaya diri, orisinil, lebih memiliki keinginan di bidang intelektual, dan lebih konstruktif dibandingkan anak yang berkembang di lingkungan keluarga authoritarian.
Sedangkan orang tua autoritarian, ditandai dengan perilaku sewenang-wenang dan dictator dalam mengasuh anak.
b)     Kebudayaan
Kebudayaan juga mempengaruhi perkembangan kepribadian seorang individu, secara sadar atau tidak, kebudayaan sekitar kita tinggal ternyata juga berpengaruh terhadap kepribadian kita. Pola yang terjadi hampir sama dengan keluarga hanya saja ini sudah melibatkan orang lain diluar keluarga pokok dan juga meninjau adat istiadat setempat, norma aturan budaya, kebiasaan dan sebagainya. Seperti contoh : di Manado, orang makan dengan kaki diangkat ke atas kursi adalah sopan, namun sangat tidak sopan bagi orang jawa. Seseorang harus mau dan mampu belajar membuka diri untuk mempelajari semua itu sehingga tidak merasa terbeban ketika harus tinggal dilingkungan yang berbeda dengan lingkungan tinggal sebelumnya, yang akan berpengaruh bagi kepribadiannya.
c)      Sekolah
1)      Iklim emosional kelas, adalah sikap guru terhadap siswanya, bila guru bersikap otoriter dan tidak bisa menghargai siswa makan siswa akan menjadi tegang, mudah marah, malas belajar dan mungkin saja melakukan sesuatu yang mengganggu ketertiban umum. Namun bila guru bersika ramah, terbuka dan respek terhadap setiap siswanya, maka siswa pun akan merasa nyaman di sekolah, bahagia, mau belajar, termotivasi dan mau menaati peraturan.
2)      Sikap dan perilaku guru, yang tercermin dalam hubungannya dengan siswa yang dipengaruhi oleh factor berikut : sterotype  budaya terhadap guru, sikap guru terhadap siswa, metode mengajar, penegakan disiplin dalam kelas, penyesuaian pribadi guru. Sikap dan perilaku guru secara langsung mempengaruhi konsep diri siswa, seperti pepatah jawa bahwa GURU adalah orang yang di GUgu(disegani, panutan) dan ditiRU (contoh), jangan sampai seorang guru melarang muridnya (SMA) merokok, kalau guru tersebut perokok berat bahkan merokok di sekolah, semacam itulah contoh konkretnya.
3)      Disiplin atau tata tertib sekolah, ditujukan untuk membentuk sikap dan tingkah laku siswa untuk menjadi lebih disiplin. Disiplin otoriter cenderung mengembangkan sifat pribadi yang tegang,, cemas, antagonistic, sehingga siswa memiliki kedisiplinan bukan karena kesadaran dirinya sendiri namun karena ketakutan akan hukuman. Disiplin yang permisif cenderung mengembangkan sifat pribadi yang kurang bertanggungjawab, kurang mebghargai otoritas dan egosentris. Disiplin yang demokratis cenderung mengembangkan perasaan bahagia, tenang, berharga dan sikap bekerja sama.
4)      Prestasi belajar, dapat mempengaruhi kepribadian yang memiliki harga diri, sikap percaya diri atau sebaliknya.
5)      Penerimaan teman sebaya. Siswa yang diterima secara positif oleh teman-temannya, cenderung akan menjadi pribadi yang mampu lebih menghargai diri dan percaya diri, karena merasa dirinya berharga.
8.      Perubahan Kepribadian
Walaupun kepribadian relative konstan, namun seringkali ditemukan perubahan kepribadian yang disebabkan oleh:
  1. Faktor Fisik seperti gangguan otak, kurang gizi, mengkonsumsi obat-obat terlarang, minuman keras, dan gangguan karena sakit atau kecelakaan.
  2. Factor lingkungan seperti krisis politik, ekonomi, dan keamanan yang menyebabkan terjadinya masalah pribadi, dan masalah social.
  3. Factor diri sendiri seperti frustasi yang berekepanjangan, imitasi pada orang yang berkepribadian menyimpang.
DAFTAR PUSTAKA
Derlega, vorelian S., Barbara winstead., Jones. 2005. Personality Contemporary Theory And Research. Belmont USA: Thomson Wadworth.
Friedman, Howard., Miriam W Schustack. 2008. Kepribadian Teori Klasik dan riset Modern edisi ke tiga. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga
Hall, calvin S., Lindzey. Garner. 1985. Introduction to Theories Of Personality. New York: John wiley And sons.
Pervin, Lawrence. 1984. Personality: Theory And Research 4rd Ed, New York: John wiley & sons Inc
Winkel. 2005. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Yusuf SLN dan Juntika N. 2007. Teori Kepribadian. Bandung: Rosda

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Model-Model Konseling

Rational Emotive Therapy (RET) RET dikembangkan oleh seorang eksistensialis Albert Ellis pada tahun 1962. RET yang menolak pandangan aliran psikoanalisis berpandangan bahwa peristiwa dan pengalaman individu menyebabkan gangguan emosional. Menurut Ellis bukanlah pengalaman atau peristiwa eksternal yang menimbulkan emosional, akan tetapi tergantung kepada pengertian yang diberikan terhadap peristiwa atau pengalaman itu. Gangguan emosi terjadi disebabkan pikiran-pikiran seorang yang bersifat irrasional terhadap peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya. Konsep dasar RET yang dikembangkan oleh Albert Ellis adalah sebagai berikut: 1. Pemikiran manusia adalah penyebab dasar dari gangguan emosional. 2. Manusia mempunyai potensi pemikiran rasional dan irrasional. 3. Pemikiran irrasional bersumber pada disposisi biologis lewat pengalaman masa kecil dan pengaruh budaya. 4. Pemikiran dan emosi tidak dapat dipisahkan. 5. Berpikir logis dan tidak logis di

Surat Panggilan Orang Tua Siswa

PEMERINTAH KABUPATEN BREBES   DINAS PENDIDIKAN   SMP NEGERI 03 KECAMATAN LARANGAN   Alamat : Jl. Raya Rengaspendawa Kec. Larangan, Kab. Brebes 52262   Nomor              : 06/S.II.BK /2016 Lamp                : 1 lembar Hal                   : Pemberitahuan Home Visit                                                                                        Kepada :                                                                                    Yth. Orang tua/Wali Murid                                                                                    Dari saudara Alika Marsela S                                                                                    Di Sitanggal Dengan hormat, Dengan ini kami menugaskan : 1.       Akhmad Fauzi S.Pd            NIP. 2.       -                              Selaku Staf Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Kecamatan Larangan untuk mengadakan kunjungan ke rumah saudara pada : Hari    

Guru BK tak Perlu Beri Solusi

Guru BK tak Perlu Beri Solusi Guru bimbingan dan konseling (BK) harus mampu membantu siswa memecahkan masalahnya sendiri. Guru BK tidak perlu memberikan solusi atas masalah para siswa tapi menjadi pendengar yang baik dan memberikan arahan-arahan. Prof. Dr. H. Sofyan S. Willis, M.Pd., mengatakan hal itu kepada ”PR” di sela-sela lokakarya “Konselor Sekolah” di SMAN 5 Bandung, Jl. Belitung, Menurut dia, solusi yang diberikan guru malah belum tentu menjadi yang terbaik untuk para siswa. “Tidak ada yang dipecahkan pembimbing. Siswa harus memecahkannya sendiri atas bantuan guru,” ujarnya. Staf pengajar pada program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia itu mengatakan, guru BK bisa saja memberikan usulan tapi tidak dalam bentuk nasihat. “Alternatif bisa diusulkan guru, tapi siswa tetap yang harus memikirkan. Yang baik, alternatif juga dari dia (siswa-red),” ungkapnya. Selain terlalu sering memberikan nasihat, katanya, ada beberapa hamba